Well, ada yang udah pernah ke Tanjung Bira? GUE UDAH DOOOOONG *sombong*. Buat yang belum tau mengapa kalian harus ke Tanjung Bira, gue akan kasih beberapa alasan kenapa kalian harus masukin Tanjung Bira ke dalam #WishListBucket. Ok, let's check this out!
Tanjung Bira berada di Kabupaten Bulukumba, sebuah daerah tropis yang terletak di bagian timur provinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini berjarak kurang lebih 200 kilometer dari kota Makassar, bisa ditempuh selama 5-6 jam dengan mobil. Tempat ini dijuluki sebagai "Butta Panrita Lopi" karena mempunyai objek wisata yang indah dan eksotis, jadi sayang banget untuk dilewatkan.
Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih yang
Kawasan Pantai Tanjung Bira dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti penginapan, villa, bungalow dan juga hotel yang harganya dimulai dari 100.000 sampai 1.000.000/malam. Penginapannya ada yang berada di ketinggian bukit, sehingga dari teras bisa langsung terlihat lautan lepas, ada juga yang berada di atas batu karang yang menjorok ke laut, sehingga bisa langsung terjun berenang di laut. Selain itu, pengunjung juga bisa menyewa perlengkapan diving dan juga snorkling, serta water sport dan juga kapal-kapal yang ada di sepanjang pantai untuk berkeliling atau pergi ke Pulau-pulau yang ada di sekitar Tanjung Bira.
Resort di pesisir pantai Tanjung Bira
Jernih banget kan airnya :)))
Biota bawah laut
Pulau Kambing
Setelah puas bersnorkel, dijalan pulang menuju Pantai Tanjung Bira, kami menyempatkan diri untuk pergi ke penangkaran penyu di tengah lautan. Di sana kita bisa berfoto dan juga berenang bersama dengan penyu-penyu yang lucu itu loh. Untuk berenang bersama penyu dikenakan biaya 10.000 dan foto gratis.
Buja dan kembarannya :p
Jarum jam menunjukkan pukul 12 siang. Sudah saatnya kami pergi meninggalkan Tanjung Bira untuk kembali ke kota Makassar. Di perjalanan, kami menyempatkan pergi ke Kampung Phinisi. Kampung tersebut merupakan tempat dibuatnya Kapal Phinisi. Kapal Phinisi merupakan kapal kebanggaan pelaut Bugis-Makassar. Kapal tersebut dibuat dengan memegang teguh tradisi nenek moyang, yakni memadukan keterampilan teknis dengan kekuatan magis. Setiap tahap pengerjaan kapal harus didahului dengan upacara adat. Seperti, tahap penentuan hari baik untuk mencari kayu, biasanya jatuh pada hari ke-5 dan ke-7. Tahap selanjutnya adalah menebang, memotong dan mengeingkan bahan baku kayu. Selanjutnya, membangun kapal dan yang terakhir adalah meluncurkan kapal Phinisi ke lautan, yang harus dilakukan dengan upacara adat.
Saat mobil kami masuk ke kawasan perkampungan, mata kami dibuat takjub dengan kapal-kapal Phinisi yang yang sedang dibuat. Kapal-kapal yang dibuat biasanya adalah pesanan dari luar negeri yang akan dijadikan kapal pesiar. Rupanya, kepiawaian orang Bugis dalam membuat Kapal Phinisi sudah terdengar sampai ke mancanegara.
Kapal Phinisi dan model jadi-jadian :))
Cheers,
Annisa A.