Selasa, 29 April 2014

Bertemu Oppa


Ini kisah sesaat gue bersama temen-temen dalam perjalanan di pesawat menuju Singapore. Kami naik pesawat low-cost milik Singapura. Awalnya gue berencana liburan cuma berdua sama Buja, tapi akhirnya Cay dan Nitta ikutan juga hohoho.. Karena bisa dibilang badan kami kurang imut-imut (baca: BESAR), jadilah gue sebagai seksi rempong dalam trip kali ini memilih bangku di pesawat untuk space lebih besar dengan pengharapan selama di perjalanan kami engga kesemutan karena bisa selonjoran sedikit. Terpilihlah kursi dengan nomer 13A, 13B dan 13C di deket pintu emergency exit yang diduduki oleh gue, Cay dan Buja. 



Sesaat sebelum pesawat lepas landas, seperti biasa pramugari memberitahukan apa yang boleh dilakukan dan tidak selama di pesawat. Standar lah ya. Berhubung ini pesawat low-cost gue engga teralu antusias buat ngeliatin pramugari ataupun pramugaranya. 'Ah paling standar lah, biasa aja.' Pikir gue begitu. Guepun udah ambil ancang-ancang mau tidur, sampaaaaaiiiii ada suara dari langit yang membuat mata gue terbuka kembali. "Excuse me, @$^%***&%!)(":>?!$^(_+#%!*&*@#". Sumpah gue udah engga bisa mencerna untaian kalimat barusan begitu gue melihat sesesok pria muda itu. Pria yang gue liat itu berperawakan Chinese, tapi ini beda pemirsah. BEDA. Gue belum liat orang China secakep dan se-charming ini hahahahaha. Putih? Udah pasti. Sipit? Iya, dia sipit, cuma ga sipit-sipit amat. Pas banget deh. Wangi? jangan ditanya. Badan? Standar. Malah terkesan kecil buat ukuran pramugara. Tapi yang buat gue melongo adalah senyuman Oppa Oppa itu yang buat gue melting. Yaoloooohhhhhhh. Giginya rapih banget pula cuuuyyy, Cucok doi kalo buat jadi bintang iklan pasta gigi.



Walhasil, ternyata yang norak bukan cuma gue, Si Buja dan Cay pun sama aja kaya gue cuma bisa planga plongo liat si Oppa Oppa itu. Setelah doi ngejelasin prosedur buat buka pintu darurat, doi bilang "If you have any questions or something, just tell me". Maaaaakkkkk, serentak kami bertiga cuma manggut-manggut doang. Speechless qaqaaaaaaa. Karena doi bilang begitu, kesempatan sepesawat yang ga sampe 2 jam kami manfaatkan semaksimal mungkin. Setiap ada masalah sepele, pasti kami tanya ke dia. Pertanyaan engga penting macam "Can I get some paper?" sampe minta diulangin instruksi buat buka pintu darurat ditanyain ke doi. Gatau ya apa yang ada dipikirannya si Oppa itu. Orang bego darimana sih ini nanya-nanya mulu. Gitu kali ye. 



Engga terasa kami segera landing. Saat siap-siap mau ambil Cabin bag, kami yang biasanya wanita mandiri dan perkasa menjelma menjadi wanita kemayu yang lemah gemulai. Yang tadinya kami taruh barang di Cabin sendiri, sekarang pura-pura rapuh engga bisa ambil barang sendiri. Akhirnya Oppa bantuin kami lagi untuk menggambil barang-barang di cabin. Hohohoho Urri Oppa memang baik :* Sampailah kami di perpisahan bersama Oppa. Gue, Buja dan Cay rada-rada engga rela buat ninggalin pesawat. Tapi apa mau dikata, kita harus segera cuss kalo engga bisa-bisa dikirim balik lagi ke Jakarta. 



Jeongmal kamsahamnida Urri Oppaaaa.. Semoga kita bertemu lagi saat perjalanan pulang ya (ngarep kami bertiga dalem hati yang ternyata engga kesampean T.T)




Cheers,

Annisa A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar